ViralGen Referral Shopping
ViralGen Referral Shopping

Sejarah Agama Buddha


 Sejarah Agama Buddha
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang
datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Asal Mula Agama Buddha di Indonesia
Ditemukan Prasasti dan Ruphang Buddha (Abad ke-4)
Tahun 502 seorang Raja Buddha telah memerintah di sana dan tahun 519 putra raja Vijayavarman mengirim utusan ke Tiongkok. Kerajaan ini diperkirakan berada di Sumatera.
Prasasti-prasasti itu adalah :
Semua harapan dan doa dalam prasasti itu jelas sekali menunjukkan sifat Agama Buddha Mahayana.
Prasasti yang ke-3 didapatkan di Telaga Batu tidak berangka tahun. Di Telaga Batu banyak didapatkan batu-batu yang bertuliskan Siddhayatra (=Perjalanan Suci yang berhasil) dan dari Bukit Siguntang di sebelah Barat Palembang ditemukan sebuah arca Buddha dari batu yang besar sekali berasal dari sekitar abad ke-6. Prasasti ke-4 dari Kotakapur (Bangka) dan yang ke-5 dari Karang Berahi (daerah Jambi hulu), keduanya berangka tahun 686 M. Gambaran yang paling penting dari kebudayaan zaman Syailendra adalah unsur vitalitas dan potensi Indonesianya. I-Tsing (634-713) seorang peziarah Buddha dari negeri Tiongkok yang terkenal dalam perjalanannya ke India pada tahun 671. Ia mengatakan di Crivijaya ada lebih dari 1000 biksu, aturan dan tata upacara mereka sama dengan di India demikian juga Agama Buddha Mahayana yang ada di negeri Tiongkok. Tahun 685 I-Tsing setelah belajar selama 10 tahun di Universitas Buddha Nalanda di Benggala, ia kembali ke Crivijaya dan tinggal di sana sekitar 4 tahun untuk menterjemahkan teks Agama Buddha dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Mandarin. Memoir ini diselesaikan dan dikirim ke Tiongkok tahun 692, dan tahun 695 ia kembali ke Tiongkok. Atisa (982-1054) di Crivijaya, Karena Crivijaya menjadi pusat pendidikan Agama Buddha yang bernilai Internasional, banyak para pandita dari India juga datang ke Crivijaya untuk belajar Buddha Dharma juga disiplin ilmu lainnya, dimana Atisa, seorang bangsawan dari Benggala lahir tahun 982, datang ke Crivijaya untuk belajar filosofi dan logika Agama Buddha Mahayana selama 12 tahun di sini (1011-1023). Raja Dharmapala yang memerintah pada waktu itu memberikan sebuah Kitab Suci Agama Buddha kepada Atisa. Tahun 1042 Atisa tiba di Tibet dan tinggal di sana sampai dengan beliau meninggal di Nye-Thang tahun 1054.
Keturunan Syailendra di Jawa
Ini bersamaan waktu dengan naiknya dinasti Pala di Benggala dan Magadha, dan telah dikaitkan pada pengaruh Nalanda. Penyebarannya juga bersamaan dengan munculnya di Jawa dinasti Buddha Syailendra yang memakai gelar kerajaan Maharaja. Pada tahun 775, ketika batu ligor ditemukan di Wat Semamuang. Muka A berisi 10 syair Sansekerta yang memperingati pendirian tempat suci Agama Buddha Mahayana ileh Raja Crivijaya dan memakai tahun Caka yang sama dengan 15 April 775, ini menunjukkan perluasan kerajaan Crivijaya dan juga Agama Buddha Mahayana ke Semenanjung Melayu. Coedes dan Krom berkesimpulan menyebutkan bahwa Crivijaya juga memerintah di Jawa Tengah pada tahun yang sama yaitu tahun 775. Bahwa kenyataannya keluarga Syailendra memerintah Crivijaya pada pertengahan abad ke-9 terlihat di dalam sebuah maklumat yang dikeluarkan oleh seorang Raja Pala dari Benggala sekitar tahun 850, maklumat itu menyatakan penyerahan lima buah desa untuk sebuah Vihara yang dibangun di Nalanda oleh Bhalaputradewa, yang menyebutkan raja Sumatera dan keturunan Syailendra di Jawa. Dikatakan beliau adalah seorang putra dari seorang raja yang bergelar Samaragriwa (artinya sama dengan Samnaratungga), 'Pahlawan Terkemuka di Perlagaan', dan cucu Syailendra, raja Jawa dan 'Pahlawan Pembunuh Musuh'. Gambaran ini umumnya diterima bahwa gelar Samaragriwa mungkin nama lain bagi Samaratungga yang disebut dalam prasasti Kedu tahun 847 dan mungkin juga dapat disamakan dengan salah seorang raja yang terdapat dalam daftar pada prasasti Balitung tahun 907. Kakek yang disebutkan dalam maklumat itu diperkirakan adalah Pancapana Panangkaran yang terdapat dalam prasasti Kalasan tahun 778. Prasasti Sansekerta tahun 732 di tempat suci Siva di Canggal di tenggara Borobudur. Prasasti ini menyebutkan seorang raja Sanjaya mendirikan sebuah lingga di Kunjarakunya di pulau Jawa. Sanjaya adalah penganut Siva, raja dari kerajaan kuno Mataram itu juga muncul dalam prasasti-prasasti berikutnya yang ditemukan oleh Stuttherheim di Kedu - Jawa Tengah. Catatan berharga itu bertahun 907 dan berisi daftar para penggantinya yang memerintah di kemudian hari, Maharaja Balitung, yang dimulai dengan Sanjaya. Pada tahun yang sama, 778, didirikan Candi Kalasan oleh Pancapana Panangkaran sebagai tempat suci bagi Dewi Tara dalam agama Buddha Mahayana yang telah bercampur dengan Tantrayana. Menilik candi-candi dari abad ke-8 dan ke-9 yang ada di Jawa Tengah Utara bersifat Hindu, sedangkan yang ada di Jawa Tengah Selatan bersifat Buddha. Raja Indra mendirikan Candi Mendut pada tahun 824. Kira-kira satu Km dari Candi Mendut dan tidak jauh dari Candi Borobudur terdapat candi Pawon yang terletak di tengah-tengah kedua candi tersebut candi Pawon yang terletak di tengah-tengah kedua candi tersebut dalam satu garis sumbu. Candi Pawon jelas adalah candi Buddha, pahatan-pahatan yang terdapat pada candi ini merupakan pendahuluan dan pengawal dari Candi Borobudur. Kamulan ini tidaklah lain dari Borobudur, yang mungkin sekali didirikan oleh Samaratungga dalam tahun 842. Dari abad ke-8 sampai dengan abad ke-13, kerajaan kuno Mataram merupakan peranan penting bagi raja-raja di Jawa Tengah. Ken Arok, tahun 1222 mendirikan keraton di Kutaraja yang dikenal sebagai Kerajaan Singhasari. Di Candi Mleri beliau dipuja sebagai penjelmaan Siva, sedangkan di Candi Jago sebagai Bodhisattva Amoghapasa. Dalam syair Negarakertagama yang disusun tahun 1365 oleh Empu Prapanca, Kepala Vihara Buddha, Kertanegara digambarkan sebagai orang suci, pertapa, dan bebas dari nafsu. Puncak kejayaan masa agama Buddha di Indonesia adalah masa kerajaan Majapahit. Nama-nama yang diketahui hanyalah yang pertama dan keempat. Yang keempat dikatakan istri tersayang raja, adalah putri Cham bernama Gayatri, yang menjadi ibu dari 2 orang putri, yang tertua menggantikan Jayanegara sebagai Ratu Majapahit, tahun 1328. Sejak saat itu hingga mangkatnya, tahun 1364, dialah raja yang sesungguhnya dari kerajaan itu. Ia dibesarkan di keraton Majapahit dan bertugas sebagai komandan tentara Jawa yang mengalahkan Bali. Tahun 1343, ia mengabdikan di Candi Jago sebuah patung Manjucri. Atisa dari Benggala juga datang ke Sriwijaya belajar filsafat dan logika Agama Buddha Mahayana selama 12 tahun. Di Jawa juga ada pendidikan Agama Buddha. Perguruan Tinggi Agama Buddha selain di Palembang dan di Jawa, sudah tentu di India. Terdapat juga candi Muara Takus di Riau-Sumatera, candi Gunung Tua di Tapanuli Selatan. Satu-satunya ruangan di candi ini terdapat satu altar dengan 3 arca. Arca di tengah adalah Buddha Cakyamuni dengan Dharmacakra Mudra, di sebelah kanan arca Bodhisattva Avalokitesvara dengan Buddha Amitabha di mahkotanya, dan di sebelah kiri arca Vajrapani. Tinggi candi ini 26,4 m. Candi ini ditemukan kembali tahun 1836, tahun 1897-1904 candi ini diperbaiki, dan perbaikan dilanjutkan kembali dalam tahun 1908 oleh Th. Van Erp, dan tahun 1925 sejumlah stupa yang telah diperbaiki dipasang kembali. Candi Pawon terletak di tengah-tengah antara jarak 1 km dari candi Mendut dan tidak jauh dari Candi Borobudur. Candi Pawon merupakan pendahuluan dan pengawal dari candi Borobudur, bila dilihat dari pahatan-pahatan pada dinding candi, dinding luar candi dengan gambar simbul. Yang terakhir ini dilukiskan di Candi Borobudur. Candi Borobudur adalah jelas bangunan suci Agama Buddha Mahayana. Pendekatan epigrafi didalami dari sekian puluh prasasti yang ada. Sedangkan candi Mendut didirkan lebih dahulu dari Candi Borobudur pada tahun 824 oleh Raja Indra. Salah seorang pengganti Indra ialah Samaratungga yang merampungkan bangunan suci candi Borobudur pada tahun 842.

ViralGen Referral Shopping
ViralGen Referral Shopping
UPUNIQUE - Suit Brand for Men
Buy.com (Canada)
SheInside

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites